Semalaman Henry menelpon, memaksa aku untuk ikut ke Jakarta untuk pemotretan terakhirnya.
"Nggak bisa Henry, aku masuk kerja hari sabtu ini, lagian kenapa sih aku harus ikut..."
"Ini moment istimewa dalam hidupku Arian..." Rengek Henry. "My Last Photoshoot..."
"Kamu yakin, kamu mau berhenti jadi model, kenapa sih?" Tanyaku penasaran.
"I'm getting older....
"Hah, emang berapa sih sekarang? 30?"
"29!"
"Apa, baru 29 Henry dan wajah kamu masih komersil..."
"Komersil?"
"Aku mau bilang tampan sih tapi akan terdengar aneh..." Ucapku tertawa sendiri.
"Thanks Arian..." Nada suaranya terdengar tersipu.
Aku memandang jam di ponselku dan melihat waktu sudah menunjukan jam 2 pagi.
"Henry, aku benar-benar harus tidur, besok aku masuk pagi..."
"Ok, tapi consider me Arian, aku benar-benar berharap kamu bisa ikut..."
"Ya ya ya, malam Henry..."
"Nite..."
Keesokan harinya aku bertemu dengan SPV ku Lanny dan meminta agar aku bisa libur hari sabtu ini.
"Gak, bisa Arian, hari sabtu ini kita full...!" Tegas Lanny. "Operasinal tidak mungkin bisa libur saat weekend..."
"Tapi aku ada keperluan yang sangat penting Lan, please...."
"Emang, kepentingan apa sih?"
"Aku harus ke Jakarta..."
"Untuk?" Lanny penasaran.
"Pemotretan..." Jawabku terpaksa jujur.
"Kamu ada pemotretan?"
"Bukan aku, tapi Henry..."
"Dan kamu bilang itu penting..." Lanny mulai naik darah.
"Ini pemotretan terakhir dia Lannn, ini moment istimewa dia..."
"Terus kenapa kamu harus ikut..."
"Karena... aku sahabat dia..." Jawab aku asal saja, Lannypun menghindar, aku buru-buru menyusul dia. "Baiklah Lan, aku bisa bawakan kamu oleh-oleh tas Louis Vutton, original..." Lanny menggerenyitkan dahinya. "Aku serius..."
"Baiklah..." Jawab Lanny terdengar berat. "Satu hari libur, untuk satu tas LV..."
Hari sabtu pagi aku sudah siap dengan backpack-ku menunggu Henry jemput.
"Kemana?" Tanya ibuku curiga.
"Bogor..." Jawabku singkat.
"Ngapain...?" Tanya ibu lagi.
"Main aja ko..." Jawabku mulai tidak sabaran kenapa Henry belum datang.
"Sampai kapan...?"
"Besok juga pulang ko ma..." Jawab ku yang langsung bangkit saat mendengar suara mobil diparkir di depan rumah.
"Hati-hati..."
"Iyya ma..." Aku mencium tangan ibuku dan kemudian beranjak keluar rumah.
Lagi-lagi aku melihat Marissa bersamanya
"Apa dia juga ikut?" Tanyaku sedikit sinis.
"Kamu mau ini atau enggak?" Tanya Marissa sambil memperlihatkan sebuah tas LV. "Kamu tahu ini harganya 440 dollar..."
"Oke, Thanks Marr..." Aku aku mengambil tas itu sambil tersenyum dan duduk di kursi belakang.
"Nggak bisa Henry, aku masuk kerja hari sabtu ini, lagian kenapa sih aku harus ikut..."
"Ini moment istimewa dalam hidupku Arian..." Rengek Henry. "My Last Photoshoot..."
"Kamu yakin, kamu mau berhenti jadi model, kenapa sih?" Tanyaku penasaran.
"I'm getting older....
"Hah, emang berapa sih sekarang? 30?"
"29!"
"Apa, baru 29 Henry dan wajah kamu masih komersil..."
"Komersil?"
"Aku mau bilang tampan sih tapi akan terdengar aneh..." Ucapku tertawa sendiri.
"Thanks Arian..." Nada suaranya terdengar tersipu.
Aku memandang jam di ponselku dan melihat waktu sudah menunjukan jam 2 pagi.
"Henry, aku benar-benar harus tidur, besok aku masuk pagi..."
"Ok, tapi consider me Arian, aku benar-benar berharap kamu bisa ikut..."
"Ya ya ya, malam Henry..."
"Nite..."
Keesokan harinya aku bertemu dengan SPV ku Lanny dan meminta agar aku bisa libur hari sabtu ini.
"Gak, bisa Arian, hari sabtu ini kita full...!" Tegas Lanny. "Operasinal tidak mungkin bisa libur saat weekend..."
"Tapi aku ada keperluan yang sangat penting Lan, please...."
"Emang, kepentingan apa sih?"
"Aku harus ke Jakarta..."
"Untuk?" Lanny penasaran.
"Pemotretan..." Jawabku terpaksa jujur.
"Kamu ada pemotretan?"
"Bukan aku, tapi Henry..."
"Dan kamu bilang itu penting..." Lanny mulai naik darah.
"Ini pemotretan terakhir dia Lannn, ini moment istimewa dia..."
"Terus kenapa kamu harus ikut..."
"Karena... aku sahabat dia..." Jawab aku asal saja, Lannypun menghindar, aku buru-buru menyusul dia. "Baiklah Lan, aku bisa bawakan kamu oleh-oleh tas Louis Vutton, original..." Lanny menggerenyitkan dahinya. "Aku serius..."
"Baiklah..." Jawab Lanny terdengar berat. "Satu hari libur, untuk satu tas LV..."
Hari sabtu pagi aku sudah siap dengan backpack-ku menunggu Henry jemput.
"Kemana?" Tanya ibuku curiga.
"Bogor..." Jawabku singkat.
"Ngapain...?" Tanya ibu lagi.
"Main aja ko..." Jawabku mulai tidak sabaran kenapa Henry belum datang.
"Sampai kapan...?"
"Besok juga pulang ko ma..." Jawab ku yang langsung bangkit saat mendengar suara mobil diparkir di depan rumah.
"Hati-hati..."
"Iyya ma..." Aku mencium tangan ibuku dan kemudian beranjak keluar rumah.
Lagi-lagi aku melihat Marissa bersamanya
"Apa dia juga ikut?" Tanyaku sedikit sinis.
"Kamu mau ini atau enggak?" Tanya Marissa sambil memperlihatkan sebuah tas LV. "Kamu tahu ini harganya 440 dollar..."
"Oke, Thanks Marr..." Aku aku mengambil tas itu sambil tersenyum dan duduk di kursi belakang.
Komentar
Posting Komentar