"Kamu baik-baik saja?" Tanya Henry curiga, dia memandangku lewat kaca spion depan.
"Hemh..." Jawabku menahan muntah.
"Jangan bilang kamu suka mabuk kendaraan?" Tanya Marissa dengan nada ngeri.
Aku hanya menggeleng, padahal dalam hati bertanya- tanya, kenapa sih harus photoshoot di puncak, di Bandung juga banyak temapat seperti ini....
Untunglah aku bisa tahan sampai Henry masuk ke kawasan hotel, aneh, sebelumnya aku tidak pernah mabuk darat.
Henry dan Marissa keluar dari mobil bersamaan, aku mengikuti mereka.
"You alright?" Kembali Henry bertanya.
"Aku baik-baik saja Henry...." Sedikit kesal sih melihat sikapnya seperti itu, teralu berlebihan.
Kami tiba di lobby, ada seorang wanita cantik yang langsung berdiri saat melihat kami, marissa setengah belari kearahnyab dan kemudian memeluknya.
"Siapa itu?" Bisikku di telinga Henry.
"Sarah..." Jawab Henry tak bicara banyak, sama seperti Marissa, dia langsung menyapa wanita itu dan mencium pipinya.
"Sudah lama kamu nunggu?" Tanya Marissa.
"Nggak ko aku baru saja sampai..." Jawab wanita bernama Sarah itu, dia tiba-tiba memandangku dan mengerutkan dahinya.
"Kamu pasti Arian..." Ucap sarah sambil menunjukan jarinya yang lentik ke arahku. "Aku Sarah..." Dia kemudian mengajakku bersalaman.
"Arian..." Jawabku malu-malu.
Sarah tiba-tiba saja berbisik di telinga Marissa, dan mereka tersenyum, aku yakin mereka membicarakanku.
"So, kapan dimulai?" Tanya Henry.
"Besok pagi pas sunrise..." Jawab Sarah. "Trus, fashion shownya malemnya..."
"Fashion Show?" Tanyaku sedikit terkejut. "Kamu tidak bilang apa-apa soal Fashion Show?" Aku langsung berbalik kearah Henry. "Henry, kamu tahu, aku harus kembali kerja besok paginya..."
"Aku tidak mengerti..." Ucap Sarah tiba-tiba. "Apa hubunganya dia dengan acara kita?" Sarah mengerutkan dahinya dan menunjukan jarinya yang lentik ke arahku.
"Sebenarnya aku juga tidak mengerti..."
"Arian is my apprentice Sarah..." Jawab Henry membuat kerutan di dahi Sarah semakin berkerut, mungkin dahiku juga sama berkeruntnya seperti dia. "This is my last Photoshoot, aku ingin dia tahu seperti apa prosesnya..."
"Wait... what?" Sarah berbalik ke arah Marissa dan Marissa hanya mengangkat bahu.
"Aku tidak pernah ingin jadi model Henry, berapa kali harus aku katakan..." Ucapku tidak setuju.
"Itu karena kamu tidak pernah percaya diri..." Jawab Henry. "Kamu tidak tahu kalau kamu memiliki potensi..."
Aku hanya terdiam melihat Henry yang berbicara sedikit teralu serius.
"Guys, aku rasa kita perlu istirahat..." Marissa mencoba menengahi. dia kemudian mengeluarkan dua kunci hotel. "Satu buat aku dan Sarah, dan satu lagi buat kalian..."
"Ini Twin Bed kan?" Tanyaku sedikit panik.
Marissa dan sarah hanya berpandangan sambil tersenyum mencurigakan.
"Sebenarnya aku juga tidak mengerti..."
"Arian is my apprentice Sarah..." Jawab Henry membuat kerutan di dahi Sarah semakin berkerut, mungkin dahiku juga sama berkeruntnya seperti dia. "This is my last Photoshoot, aku ingin dia tahu seperti apa prosesnya..."
"Wait... what?" Sarah berbalik ke arah Marissa dan Marissa hanya mengangkat bahu.
"Aku tidak pernah ingin jadi model Henry, berapa kali harus aku katakan..." Ucapku tidak setuju.
"Itu karena kamu tidak pernah percaya diri..." Jawab Henry. "Kamu tidak tahu kalau kamu memiliki potensi..."
Aku hanya terdiam melihat Henry yang berbicara sedikit teralu serius.
"Guys, aku rasa kita perlu istirahat..." Marissa mencoba menengahi. dia kemudian mengeluarkan dua kunci hotel. "Satu buat aku dan Sarah, dan satu lagi buat kalian..."
"Ini Twin Bed kan?" Tanyaku sedikit panik.
Marissa dan sarah hanya berpandangan sambil tersenyum mencurigakan.
Komentar
Posting Komentar